Akhirnya dapat ide juga untuk menulis. Hai sobat blogger, saya sedikit berkisah soal perjalanan ke sebuah kecamatan di Pulau ku.. Maklumlah, untuk menyambung hidup mau tidak mau harus meninggalkan kampung dan menetap disana. Setiap minggu saya pulang untuk bertemu keluarga besarku.
Ops, saya lanjutkan lagi kisahnya. Dalam menyusuri jalan menuju tempat saya bekerja, banyak fenomena yang dapat dilihat oleh mata. Terlebih ketika sudah mendekati atau kurang lebih 20 kilometer lagi. Jalan yang disediakan oleh pemerintah sungguh sangat memprihatinkan. Sangatlah tidak layak untuk dinamakan sebagai jalan menuju sebuah kecamatan.
Pernah ada proyek pembangunan dijalan tersebut beberapa bulan yang lalu. Ada sebuah ruas jalan yang sangat terjal dibanding dengan jalan yang lain, dan itulah yang diutamakan untuk direhab. Pembangunan pun dijalankan dan berjalan seperti yang diharapkan. Diharapkan oleh siapa, saya tidak tau. Saya pikir itu diharapkan oleh pemborong. Kenapa, karena amat disayangkan pembangunan jalan tersebut sangatlah ekspres seperti ketika cetak foto. Jipret langsung cetak.. Hehehe, sory klo istilahnya tidak senonoh.. Dan hasilnya, belum lagi selesai pembangunannya, jalan tersebut mulai menampakkan kesedihannya, batu-batu enggan untuk menempel dijalan tersebut. Mungkin kurang perekat.
Saya masih diperjalanan Sob menggunakan motor butut hasil keringat, hehehehe... Ketika sampai dijalan yang agak parah saya dikejutkan oleh beberapa pemuda yang mencoba menghentikan dengan membawa sebuah kotak. Yeah, kotak amal.. Mereka membentuk perkumpulan yang kayaknya belum direstui oleh pemerintah setempat dan setidaknya agak membingungkan kalau sudah. Dan itu bukan hanya sekali kejadiannya Sob. Berkali-kali. Seperti biasa, untuk memperbaiki sedikit kerusakan jalan dan meminta dana spontanitas dari siapapun yang melintas. Seraya berkata: “Kesadaran Bang”..
Bukan karena pelit, maka saya tidak ikhlas Sob. Setengah hati saya bangga karena anak daerah mau memberi perhatian untuk jalanan yang rusak, dan sisanya ketakutanku terjawab sudah bahwa aktivitas seperti itu akan jadi kebiasaan.
Setelah sampai di tempat bekerja akhirnya saya mencoba menyimpulkan bahwa kejadian diperjalanan tidaklah terjadi jika pemborongnya tidak rakus. Pemborong yang rakus itu akan menjadi normal bila pemerintah juga memberi perhatian serius pada proyek-proyeknya, bukan bekerja sama.
Nah akhirnya sobat, sesumbar saya ungkapkan bahwa Pemerintahlah yang mengajari masyarakat untuk bertindak ekstrem dalam melanjutkan hidup dan layaknya bertanggungjawab untuk menetralisir kondisi itu.
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah yang ramah dan sopan serta tidak mengandung ujaran kebencian dan unsur sara. Blog Kreasi Kita akan menghapus secara otomatis komentar yang tidak membangun atau spam.