10/26/2010

Perjuangan Hari Ini

      Teringat beberapa waktu yang lalu. Aku duduk bersila di bawah pohon yang terletak di depan bangunan megah instansi pemerintah, sembari menghindari teriknya sinar sang penakluk kegelapan. Panas.. Dari jauh masih terlihat oleh ku setumpuk manusia yang semi antri menanti panggilan dari penerima berkas, bukti bahwa telah menjalani pendidikan yang lumayan.
Desak-desakkan mungkin bukan hal yang langka tentunya, dalam situasi seperti itu lebih pantas di katakan hobby..
      Seraut wajah cantik sedang sedang bertengger sekitar 15 kaki di dekat ku. Dengan muka gelisah, ia memeriksa kembali lamaran kerja yang telah disusunnya sebelum lamaran di buka untuk umum.
“Ada masalah Non,” sapaku
“Siapa sih,…?!!!” Jawabnya ketus.
Itu adalah contoh sikap yang di tunjukkan sebagian besar pelamar yang mengikuti lamaran kerja di sebuah instansi di kota ku. Sibuk. Seolah-olah waktu untuk menyapa dengan manis akan membawa dampak buruk bagi kesuksesan kariernya.
      Sambil membakar rokok kretek pujaan hati, tiba-tiba aku di kejutkan oleh sekelompok mahasiswa yang telah jenuh menjadi mahasiswa walaupun arti dari mahasiswa itu masih samar baginya. Dengan gaya manusia birokrasi mereka memasuki hiruk-pikuk pelamar yang makin lama makin mubazir. Seraya menyerahkan lamaran pekerjaan, salah seorang dari mereka berteriak dengan kerasnya: “Hidup mahasiswa…!!!
Semua mata tertuju kearahnya beberapa saat, dan kemudian aktivitas yang telah berjalan beberapa hari yang lalu diteruskan kembali.
      Aku tertawa terkekeh melihat kejadian barusan. Luar biasa, pemuda itu begitu semangat dan tetap mencintai identitasnya sebagai mahasiswa. Lalu, apakah itu sebuah kebanggaan ketika meneriakkan kata seperti itu di tengah kerumunan pelamar? Atau hanya menunjukkan identitas bahwa dirinya seorang aktifis kampus?
      Sangat menarik jika berbicara mengenai mahasiswa, karena mahasiswa adalah predikat yang amat "eksklusif". Disebut ekslusif karena mahasiswa adalah sosok yang istimewa dipandang dari sudut apapun dan dari manapun serta mempunya cerita yang istimewa dari masa ke masa, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang begitu juga halnya dengan mahasiswa di Indonesia.
Dari berbagai sumber, gerakan mahasiswa telah mengalami banyak perubahan dan tak mungkin bertahan pada kondisi sebelumnya. Di mulai dari tahun 1966 yang merupakan kebangkitan mahasiswa secara nasional sampai pada tahun 1998 yang di tandai dengan Reformasi. Kesemuanya itu merupakan pembuktian bahwa mahasiswa selalu ada di setiap momen perubahan.
Lalu apakah itu berlaku sampai sekarang? Jelasnya bahwa petarung-petarung yang terdahulu telah menanggalkan almamaternya dan memasuki ruang politik. Kesatuan isu untuk menyajikan perubahan tidak tampak lagi. Semua di tutupi oleh kepentingan-kepentingan praktis yang menguntungkan satu pihak saja. Lagi-lagi yang jadi korban adalah rakyat yang berharap adanya perubahan dan yang lebih parahnya adalah kaum intelektual yang lugu, yang ikut-ikutan, dan tidak tahu menahu soal apa dan bagaimana inti persoalan. Akhirnya segala isu yang di usung mahasiswa menjadi bahan tertawaan rakyat jelata karena mudah di patahkan atau patah sendiri ditengah perjuangan.
      Kemudian muncul suatu inspirasi baru dimana mahasiswa harus membuat perubahan. Bukan untuk siapa, akan tetapi untuk diri sendiri. Ada sejumlah ocehan yang menikam ketika itu di ilhami maknanya.
  1. Teriakan berantas kebodohan, menggelikan ketika keluar dari mulut mahasiswa bodoh! 
  2. Mahasiswa pemalas yang tidak bebas dari penyakit finansial, absurd ketika berteriak bebaskan rakyat dari kemiskinan!
  3. Mahasiswa koruptor jam kuliah, tidak pantas berteriak berantas korupsi!
      Sungguh itu merupakan suatu pencerahan (bukan maksud menyindir) bagi mahasiswa. Untuk berpikir lebih maju, tidak dimamfaatkan oleh berbagai pihak dan jelas menghindari trauma history pengkhianatan yang terjadi.
      Perjuangan sekarang sepertinya tidak terlalu membutuhkan aksi turun ke jalan (demontrasi) karena hal itu merupakan formalitas gerakan yang menggambarkan tekanan nyata dan tentunya peluang untuk memanfaatkan kearah yang salah juga ada. Tapi yang lebih efektif saat ini adalah menuangkan pikiran-pikiran yang berisikan perubahan ke dalam sebuah tulisan dan membagikannya kepada rekan-rekan pejuang lainnya. Selain itu, berhubung jalur internet sudah mulai merakyat, maka disitulah ruang pertarungan yang lebih nyata dimana kita mencoba menyajikan tulisan-tulisan kritis dengan bebasnya dan memberikan tanggapan-tanggapan positif di setiap blog yang menyajikan wacana perubahan.
Ada 3 dasar pemikiran yang bisa menjadi dasar pergerakan mahasiswa.

  1. Perdjoeangan yang mahasiswa lakukan adalah untuk memberi manfaat bagi rakyat. Semua itu bukan bertujuan untuk jalan kita menuju senayan (menjadi anggota DPR), jalan kita menjadi pejabat, jalan kita mendapatkan uang secara instan, atau jalan-jalan berpamrih lain yang membuat kita tidak ikhlash 
  2. Ucapan menjadi bermakna ketika kita juga bergerak melakukan perubahan dan memberi contoh yang nyata. Think globally but act locally.
  3. Kembalikan perdjoeangan ke karakter dan kredo mahasiswa yang sebenarnya. Mahasiswa adalah akademisi, pemikir muda, intelektual muda, entrepreneur muda dan agen perubahan bangsa. Baca kembali dengan detail semua visi, misi dan kredo organisasi pergerakan mahasiswa kita, pasti selalu menyebut masalah intelektualitas, jiwa pemikir dan kekuatan akademik lain. Karena itulah akar dan dasar kita bergerak.
      Masih tetap pada kisah pelamaran diatas, aku mau menyampaikan bahwa mahasiswa seharusnya lebih berpikir kreatif untuk menciptakan cikal bakal lapangan pekerjaan untuk rakyat.
Sayangnya, keadaan berbalik arah. Sepertinya menjadi pegawai di instansi pemerintah merupakan hal yang sangat menjanjikan dan mampu mengangkat derajat keluarga. Lalu bagaiman cita-cita perubahan yang di impikan dapat tercapai?
      Sebuah filosofi yang telah saya ubah sebagian kalimatnya, menyadarkan aku yang menyatakan “ menjadi sapu memang kotor tetapi mampu membersihkan berbagai kotoran”. Saya hanya berharap bahwa rekan-rekan juang yang memasuki ruang institusi tersebut mampu membuat sesuatu perubahan yang menguntungkan massa rakyat. Gejolak antara mampu atau tidak membuat perubahan memang sering dijadikan pertentangan karena terikat dengan sistem yang ada. Akhirnya aku hanya mampu katakan bahwa selamat menikmati kepada rekan-rekan juang yang terikat dan terpengaruh atau yang ikut dalam sistem yang telah di buat sejak dulu. Ucapkan selamat tinggal terhadap kalimat-kalimat pergerakan masa lalu. Tetaplah bertahan sobat ketika engkau bertahan karena tujuan untuk membuat perubahan.
Jangan katakan tulisan ini benar atau salah, tetapi buktikan apakah tulisan ini bermanfaat atau tidak.
“Untuk memerdekakan badan, terlebih dahulu merdekakan hati dan pikiran”
logoblog

No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah yang ramah dan sopan serta tidak mengandung ujaran kebencian dan unsur sara. Blog Kreasi Kita akan menghapus secara otomatis komentar yang tidak membangun atau spam.

loading...